Bunda, pernahkah mendapati ruangan yang becek
sebab si kecil menumpahkan air? Atau
mendapati pakaian yang telah berserakan ke
mana-mana dari dalam lemari? Lantai rumah
yang kembali kotor padahal beberapa detik lalu
baru saja dipel? Daaaan berbagai peristiwa
menakjubkan lainnya? Apa yang ada di benak
Bunda saat peristiwa tersebut terjadi? Apa yang
Bunda lakukan terhadap si kecil?
***
Suatu ketika, saat saya sedang menjemur
pakaian, anak saya yang bernama Kenzie (22
bulan) ikut serta membantu menjemur pakaian.
Beberapa saat kemudian, saya masuk kembali ke
rumah untuk mengambil pakaian lainnya dari
dalam mesin cuci untuk dijemur pula. Namun,
alangkah terkejutnya saya saat itu tatkala
melihat setumpuk pakaian—yang telah saya
jemur—kini tergeletak basah di dalam ember.
Sementara itu, di sudut lain, Kenzie sedang asyik
memeras baju-baju lainnya di bawah kran air.
Apa yang Bunda lakukan jika menghadapi situasi
seperti saya tadi? Apakah Bunda cepat-cepat
menutup kran air lalu ’mengomeli’ si kecil? Jika
ya, sayang sekali..Bunda telah mematikan
sinaps-sinaps dalam otak si kecil yang tengah
berkembang.
Alhamdulillah..saat itu saya hanya tersenyum
gemas melihatnya, lalu bertanya pada Kenzie,
“Kenzie lagi apa?” Ia pun menjawab dengan
polosnya, “Ini...lagi bantuin Bunda cuci bajuuu...”.
Ahh..dengarkan baik-baik jawabannya yang polos
tanpa pretensi itu, Bunda. Ia hanya ingin
MEMBANTU kita! Sungguh tak ada maksud
membuat kita repot! Meski setelah itu saya tetap
menjelaskan padanya bahwa baju-baju tersebut
sudah dicuci dan seharusnya dijemur, lalu nanti
setelah kering diangkat dan disetrika. Kenzie pun
ber “ohh..ohh..” berusaha untuk memahaminya.
Anak seusia Kenzie (23 bulan) memang sedang
ingin melakukan apapun yang dilakukan oleh
orang dewasa. Ia ingin membuktikan bahwa
dirinya juga bisa. Ia punya dorongan alamiah
untuk meniru apa yang dikerjakan orang dewasa
untuk belajar, menjadi mandiri, dan bertanggung
jawab. Jika diberi kesempatan, kemandirian,
kepercayaan diri, serta rasa tanggung jawab,
maka ia akan semakin berkembang. Karakter
positif tersbut, menurut sebuah penelitian,
merupakan karakter yang dimiliki oleh orang-
orang yang tangguh. Dan, sesungguhnya anak
yang mandiri, percaya diri, dan bertanggung
jawab akan lebih siap menghadapi berbagai
tantangan di kemudian hari.
Sayangnya, seringkali kita lebih dulu
‘menghakimi’ si kecil atas tindakan yang ia
lakukan. Pada kejadian di atas, kita dapat saja
mengatakan bahwa si kecil merepotkan karena
telah membasahi kembali pakaian yang telah kita
jemur. Fakta bahwa baju-baju tersebut basah,
benar adanya. Namun, ‘merepotkan’ adalah
prasangka kita. Yang ada dalam benak si kecil
adalah ‘membantu’ kita. Sama seperti kejadian
menumpahkan air. Air yang tumpah adalah fakta.
Namun, ‘menumpahkan air’ adalah prasangka
kita. Bisa jadi dalam benak si kecil ia bukan
bermaksud menumpahkan air. Mungkin saja ia
tak sengaja menyenggol gelasnya atau bahkan ia
ingin bereksplorasi melihat air yang tumpah dari
gelas.
Peristiwa apapun itu sebenarnya dapat menjadi
sebuah media pembelajaran oleh si kecil. Melihat
air tumpah, kita dapat mengajaknya untuk
bertanggung jawab dan membantu mengelapnya,
misalnya. Mengeluarkan pakaian dari dalam
lemari, kita dapat mengajari si kecil untuk
melipat baju dan belajar konsep warna, misalnya.
Lantai yang kembali kotor padahal baru saja
dipel, kita bisa memberi tahu kembali konsep
kebersihan, misalnya. Ketimbang ‘marah-marah’
ga jelas, jauh lebih baik kita sama-sama belajar
bukan, Bunda. Si kecil belajar banyak hal, dan
Bunda belajar lebih sabar tentunya, hehe...
So, semenakjubkan apapun peristiwa yang
seringkali kita hadapi dengan si kecil, jangan
marah, Bunda! Rileks...sabar...dan
tersenyumlah.. ia hanya sedang bermain, belajar,
dan ingin membantu kita
Tangerang, 22 Juni 2015
IG : @juliasarahrangkuti
Dimuat dalam buku Rumah Main Anak
IG : @juliasarahrangkuti
Dimuat dalam buku Rumah Main Anak
Sumber : www.facebook.com/juliasarahrangkuti
Keren tulisannya mbak. Ditunggu karya berikutnya...salam
BalasHapusterima kasih pak nur sudah memberi jejak di blog saya
BalasHapus