Sabtu, 14 Mei 2016

Kisah Inspirasi Michael Jordan.


Dia seorang berkulit hitam, lahir tahun 1963, di
daerah kumuh Brooklyn, New York. Ia memiliki 4
orang saudara, dan upah ayahnya tidak cukup utk
menafkahi keluarga. Sejak kecil, kehidupannya di
lingkungan miskin dan penuh diskriminasi, hingga
ia tidak bisa melihat harapan masa depannya.
Ketika ia berusia 13 thn, ayahnya memberi
sehelai pakaian bekas dan bertanya:
“Menurutmu, berapa nilai pakaian ini?”

Jordan menjawab, “Mungkin 1 dollar.”
Ayahnya kembali bertanya, “Bisakah dijual
seharga 2 dollar? Jika engkau bisa menjualnya,
berarti sdh membantu ayah dan ibumu.”
Jordan menganggukkan kepalanya, “Saya akan
mencoba, tapi belum tentu bisa berhasil.”
Dengan hati-hati dicucinya pakaian itu hingga
bersih. Karena tak ada setrika utk melicinkan
pakaian, maka ia meratakan pakaian dengan sikat
di atas papan datar, kemudian dijemur sampai
kering. Keesokan harinya, dibawanya pakaian itu
ke stasiun bawah tanah yang ramai,
ditawarkannya hingga lebih dari enam jam.
Akhirnya Jordan berhasil menjual pakaian itu.
Kini ia memegang lembaran uang 2 dollar dan
berlarilah ia pulang.
Setelah itu, setiap hari ia mencari pakaian bekas,
lalu dirapikan kembali dan dijualnya di keramaian.
Lebih dari sepuluh hari kemudian, ayahnya
kembali menyerahkan sepotong pakaian bekas
kepadanya, “Coba engkau pikirkan bgm caranya
utk menjual pakaian ini hingga seharga 20 dolar?”
Kata Jordan, “Bagaimana mungkin? Pakaian ini
paling tinggi hanya 2 dollar.”
Ayahnya kembali memberikan inspirasi,
“Mengapa engkau tidak mencobanya dulu? Pasti
ada jalan.”
Akhirnya, Jordan mendapatkan SATU IDE, ia
meminta bantuan sepupunya yg belajar melukis
gambar Donal Bebek yg lucu dan Mickey Mouse
yg nakal pada pakaian itu. Lalu ia berusaha
menjualnya di sekolah anak orang kaya. Tak
lama kemudian seorang pengurus rumah tangga
yg menjemput tuan kecilnya, membeli pakaian itu
untuk tuan kecilnya. Tuan kecil yg berusia 10 thn
itu menyukai pakaian itu, dan ia memberikan tip
5 dolar. Tentu saja 25 dollar jumlah yg besar
bagi Jordan, setara dgn gaji sebulan ayahnya.
Sampai di rumah, ayahnya memberi selembar
pakaian bekas lg kpdnya, “Apakah engkau mampu
menjualnya kembali dengan harga 200 dolar?”
Mata ayahnya tampak berbinar.
Kali ini, Jordan menerima pakaian itu tanpa
keraguan sedikit pun. Dua bulan kemudian
kebetulan aktris film populer “Charlie Angels”,
Farah Fawcett datang ke New York melakukan
promo. Setelah konferensi pers, Jordan pun
menerobos pihak keamanan untuk mencapai sisi
Farah Fawcett dan meminta tanda tangannya di
pakaian bekasnya. Ketika Fawcett melihat
seorang anak yg polos meminta tanda tangannya,
ia dgn senang hati menanda tangani pakaian itu.
Jordan pun berteriak sangat gembira, “Ini adalah
sehelai baju kaus yang telah ditandatangani oleh
Miss Farah Fawcett, harga jualnya 200 dollar!” Ia
pun melelang pakaian itu, hingga seorang
pengusaha membelinya dengan harga 1.200
dollar.
Sekembalinya ke rumah, ayahnya dengan
meneteskan AIR MATA HARU berkata, “Tidak
terbayangkan kalau engkau berhasil
melakukannya. Anakku! Engkau sungguh hebat!”
Malam itu, Jordan tidur bersama ayahnya dengan
kaki bertemu kaki. Ayahnya bertanya, “Anakku,
dari pengalaman menjual tiga helai pakaian yg
sudah kau lakukan, apakah yg berhasil engkau
pahami?”
Jordan menjawab dengan rasa haru, “Selama kita
mau berpikir dengan otak, pasti ada caranya.”
Ayahnya menganggukkan kepala, kemudian
menggelengkan kepala, “Yang engkau katakan
tidak salah! Tapi bukan itu maksud ayah. Ayah
hanya ingin memberitahumu bahwa sehelai
pakaian bekas yg bernilai satu dolar juga bisa
ditingkatkan nilainya, apalagi kita sbg manusia yg
hidup? Mungkin kita berkulit lebih gelap dan lebih
miskin, tapi apa bedanya?”
Seketika dalam pikiran Jordan seakan ada
matahari yang terbit. Bahkan sehelai pakaian
bekas saja bisa ditingkatkan harkatnya, apalagi
saya, tdk ada alasan bagiku untuk meremehkan
diri ku.
Sejak saat itu, dalam hal apapun, Michael Jordan
merasa bahwa masa depannya indah dan penuh
harapan.
Potensi diri kita begitu besar, jangan dipandang
kecil & rendah hanya karena kita terlihat lecek,
kumal, jelek dan miskin, itu karena belum
“DIASAH”. Tetaplah berusaha dan teruslah
mengasah kecerdikan dan lakukanlah semasa
hidup kita.
Sumber: www.facebook.com/ TARBIAHMOESLIM'S BLOGS

2 komentar:

  1. Nice article Dian. Tulisan ini menginspirasiku agar selalu mengupgrade diri baik dalam bersikap baik dan menjaga mental untuk menghargai diriku sendiri. Kadang aku mengacuhkan ketika orang menghardik aku dengan kasar, karena aku tidak ingin buruk seperti dia. Meski terlintas dalam benakku kenapa aku tidak mau membela diri saat aku dihina...

    BalasHapus
  2. terima kasih ka pipit. tetap semangat and be yourself. semangat terus nulis yang bermanfaat ka

    BalasHapus