Senin, 04 Juli 2016

Penolong yang Kece


Image result for penolong


Beberapa hari yang lalu aku diminta kakakku tuk menemaninya mengambil uang dari salah seorang teman kami, uang itu diniatkan sebagai zakat untuk ibuku oleh teman kami tersebut. Sejujurnya aku tidak terlalu paham terkait zakat ini. Apakah ibuku layak menerimanya atau tidak. Namun bukan itu yang ingin kubahas di artikel ini. Tapi sebuah pelajaran hidup dari kejadian yang kualami tersebut. Ok, untuk lebih lengkapnya. Lets begin!
Jadi ceritanya siang itu uniku memintaku menemaninya kerumah salah seorang teman, kurang lebih seperti ini, percakapanku dengan kakakku
K: de, temenin uni yuk kerumah uni D***, katanya dia mau ngasih uang untuk mamak
A: kapan ni?
K: siang ini
A: oh, ok
Akhirnya, aku dengan menggendarai motor bututku menemaninya kerumah teman kami tersebut. Namun sejujurnya sepanjang perjalanan hati dan fikiranku berkecambuk, ada perasaan yang tak nyaman dihati ini. Why? Karena, aku hendak menemani uniku, meminta uang kerumah teman tersebut. Hal yang tidak biasa kami lakukan, terlebih aku pribadi. Rasa-rasanya maluu, karena pada peristiwa ini tangan kami berada dibawah. Hal yang selalu ingin kuhindari, karena prinsipku, sebisa mungkin akulah yang ingin memberi bukan yang menerima atau Bahasa kecenya tangan diatas. Setelah beberapa menit akhirnya sampailah kami dirumah teman kami tersebut. Kemudian kami mengetuk pintu rumah teman kami itu. Namun beberapa kali kami mengetuk tak ada respon dari dalam. Hal ini menambah rasa tak nyaman dihatiku sebenarnya. Seolah-olah hati ini mengatakan, kami sedang dalam posisi meminta. Duh, hal yang paling kubenci sebenarnya. Meski kenyataannya tidaklah demikian. “uni, kita balik aj yuk!, mungkin mereka pada masih ditoko”, kataku pada kakakku. “tunggu de”, jawab uniku. Hingga tak lama kemudian ada yang membukakan pintu. Lalu kamipun masuk kerumahnya, namun orang yang kami tuju tidak ada ditempat, hanya ada ibunya saja. “assalamu’alaikum tek, uni D*** ada ga tek?”, kakakku membuka percakapan. “ga ada nur, lagi pada diluar semua”, jawab ibu teman kami tersebut, sambil dia beranjak sebentar kekamarnya dan membawa sebuah amplop. “tadi uni D*** bbm nunur, bla…bla”, uniku mulai berbicara lagi. Oh iya nur, tadi D*** kasih tau etek bla..bla”, jawab ibu teman kami tersebut sambil kemudian menyerahkan amplop yang ada ditangannya kepada kakakku tersebut. Kemudian kami berbasa-basi sejenak dan tak lama kamipun berpamitan.
“Ni, tau ga? Nana dapat satu pelajaran loh. Nanti kalau kita berniat menolong orang lain maka usahakanlah, kita yang mendatangi mereka. Bukan orang yang ingin kita tolong itu yang mendatangi kita”, aku mulai sok berpetuah kepada uniku. “iya, ya dek”, jawab uniku. “iya ni, soalnya itu mempengaruhi psikologis si penerima, jangankan mendatangi rumah yang menolong atau yang akan memberi, tau dia diposisi yang akan menerima saja dia sudah tak enak hati, dan terkadang merasa minder atau rendah hati, lah ini sampai harus datang kerumah dan mengetuk pintunya apatah lagi harus berbicara langsung menagih apa yang dijanjikan, beuh ga nyaman banget deh”, lanjutku panjang lebar kepada uniku.
Yap pesannya kepada pembaca yang budiman, jadilah penolong yang kece atau bijaksana. Bayangkanlah posisi kita sebagai sipenerima. Bagaimana perasaanmu ketika ada orang lain yang berniat menolongmu, kemudian dia mendatangimu langsung? Bahagia atau bahagia sekali?hehehe, begitulah perasaan orang lain yang hendak kau tolong tersebut. Bahkan ada satu hal yang penting sekali. Yakni in syaa Allah do’a paling tulus akan mengalir dari bibir sipenerima tersebut. Apatah lagi orang yang kita tolong itu benar-benar sedang membutuhkan. Beuh, langsung sampai deh do’a nya ke Allah SWT sang Maha Membalas.

Lampung, 04 Juli 2016
Kala mentari mulai menyapa


NB: orang tua kami tersebut sudah tua sekali, ibuku sudah tidak bisa jalan karena pernah stroke dan sudah terbatas kemampuannya sehingga sudah tidak dapat mandiri. Sangat tergantung dengan orang lain (maksudnya tergantung dengan anak-anaknya) dan bapak ane sudah tidak bisa melihat karena katarak serta pendengarannya sudah terganggu. Maybe inilah salah satu alasan temen kami tersebut memberi zakat untuk ibuku. oya tidak bermaksud mengkritik atau bermaksud apapun kepada sipemberi. tulisan ini hanya untuk nasehat dan pengingat diri pribadi. mohon maap jika ada pihak-pihak yang tersakiti atas tulisan ini tidak bermaksud sama sekali

3 komentar:

  1. Nasihat yang manis, disampaikan dengan cara yang manis juga. Ntapp bu! *acung jempol*

    BalasHapus
  2. Nasihat yang manis, disampaikan dengan cara yang manis juga. Ntapp bu! *acung jempol*

    BalasHapus
  3. waah terima kasih amel sudah berkunjung kerumah pena ane dan meninggalkan jejak. terima kasih juga tuk jempolnya ^_^

    BalasHapus